Pendahuluan
Pembangunan sektor perumahan di Indonesia telah menjadi isu strategis yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. Dengan jumlah penduduk yang terus berkembang dan urbanisasi yang pesat, kebutuhan akan rumah layak huni semakin mendesak. Dalam konteks ini, Presiden Prabowo Subianto menginisiasi Program 3 Juta Rumah per Tahun sebagai langkah konkret untuk mengatasi masalah perumahan di Indonesia. Program ini bertujuan untuk membangun 3 juta unit rumah setiap tahunnya, dengan rincian 1 juta unit di perkotaan dan 2 juta unit di pedesaan.
Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) sebagai asosiasi pengembang properti terbesar di Indonesia menyatakan dukungannya terhadap program ini. Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto, menegaskan bahwa REI siap berkolaborasi dengan pemerintah untuk merealisasikan target ambisius tersebut. Dalam artikel ini, akan dibahas latar belakang, strategi, tantangan, serta dampak dari Program 3 Juta Rumah per Tahun, serta peran REI dalam mendukung program ini.
Latar Belakang Program 3 Juta Rumah per Tahun
Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sektor perumahan. Data menunjukkan bahwa masih terdapat jutaan keluarga yang belum memiliki rumah layak huni. Selain itu, banyak rumah yang ada saat ini dalam kondisi tidak layak, dengan fasilitas yang terbatas dan lingkungan yang tidak sehat. Hal ini berkontribusi pada tingginya angka kemiskinan dan stunting di Indonesia. Untuk itu, pemerintah melalui Program 3 Juta Rumah per Tahun berkomitmen untuk menyediakan hunian yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia.
Program ini tidak hanya fokus pada pembangunan rumah baru, tetapi juga renovasi rumah tidak layak huni (RTLH). Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi backlog perumahan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, mengingat sektor perumahan memiliki kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Peran REI dalam Program 3 Juta Rumah per Tahun
Sebagai asosiasi pengembang properti terbesar di Indonesia, REI memiliki peran strategis dalam mendukung keberhasilan Program 3 Juta Rumah per Tahun. REI memiliki jaringan anggota yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk pengembang lokal skala kecil yang dapat diandalkan sebagai mitra pembangunan di tingkat desa. Selain itu, REI juga memiliki badan pendidikan dan diklat yang berpengalaman, yang dapat digunakan untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat dalam membangun rumah sesuai standar pemerintah.
Ketua Umum REI, Joko Suranto, menyatakan bahwa pihaknya siap membangun 600.000 hunian di perkotaan untuk mendukung program ini. Dengan kontribusi tersebut, REI berharap dapat membantu pemerintah mencapai target pembangunan 1 juta rumah di perkotaan setiap tahunnya. Selain itu, REI juga mendukung kebijakan pemerintah yang berencana menghapus pajak pembelian rumah, seperti Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penerimaan Negara (PPN), yang diyakini dapat mempermudah masyarakat dalam memiliki rumah.
Strategi Pembangunan dan Pembiayaan
Untuk merealisasikan Program 3 Juta Rumah per Tahun, diperlukan strategi pembangunan yang efektif dan efisien. Salah satu langkah yang diambil adalah pemisahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjadi dua kementerian, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP). Dengan pembentukan kementerian khusus yang fokus pada urusan perumahan, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembangunan sektor perumahan.
Dalam hal pembiayaan, pemerintah berencana mengalihkan sebagian dana subsidi energi, seperti subsidi BBM, LPG, dan solar, untuk digunakan mendukung pembiayaan rumah di pedesaan. Selain itu, REI juga menjalin kerja sama dengan perusahaan dalam negeri dan luar negeri, termasuk investor dari Qatar dan Singapura, untuk mendukung pendanaan dan teknologi dalam pembangunan perumahan.
Tantangan dalam Implementasi Program
Meskipun memiliki tujuan yang mulia, implementasi Program 3 Juta Rumah per Tahun menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan lahan, terutama di perkotaan, yang dapat menghambat pembangunan rumah. Namun, pemerintah berencana memanfaatkan lahan milik negara, seperti tanah bekas pasar atau stasiun kereta api, untuk pembangunan rumah.
Selain itu, tantangan lainnya adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) dalam membangun rumah sesuai standar. Untuk itu, REI berencana memberikan pelatihan kepada masyarakat, terutama di desa, agar mereka memiliki keterampilan dalam membangun rumah yang layak huni.
Dampak Program terhadap Masyarakat dan Ekonomi
Program 3 Juta Rumah per Tahun diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan perekonomian Indonesia. Dengan tersedianya rumah layak huni, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi angka kemiskinan, dan menurunkan angka stunting. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, baik dalam sektor konstruksi maupun sektor terkait lainnya.
Dari sisi ekonomi, sektor perumahan memiliki kontribusi signifikan terhadap PDB Indonesia. Investasi dalam sektor ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Selain itu, program ini juga dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional, mengingat sektor perumahan yang berkembang pesat dapat menarik minat investor asing.
Kesimpulan
Program 3 Juta Rumah per Tahun yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto merupakan langkah strategis untuk mengatasi masalah perumahan di Indonesia. Dengan dukungan penuh dari REI dan seluruh elemen masyarakat, program ini diharapkan dapat terealisasi dengan sukses. Melalui kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat, diharapkan dapat tercipta hunian yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Strategi Implementasi Program 3 Juta Rumah
Untuk mewujudkan target ambisius pembangunan 3 juta rumah per tahun, pemerintah bersama REI merancang berbagai strategi implementasi yang melibatkan berbagai pihak. Beberapa langkah strategis yang direncanakan antara lain:
- Pemisahan Kementerian PUPR: Pembentukan Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP) yang terpisah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bertujuan untuk fokus pada urusan perumahan dan meningkatkan efektivitas program.
- Optimalisasi Lahan Negara: Pemanfaatan lahan milik negara, seperti tanah bekas pasar atau stasiun kereta api, untuk pembangunan rumah layak huni guna mengatasi keterbatasan lahan di perkotaan.
- Penyediaan Pembiayaan Aksesibel: Pemerintah berencana menyediakan kredit berbiaya rendah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk renovasi rumah tidak layak huni (RTLH) dan pembelian rumah baru, serta menghapuskan beberapa pajak terkait properti.
- Kolaborasi dengan Investor Asing: Kerja sama dengan investor asing dari negara seperti Qatar dan Singapura untuk mendukung pendanaan dan teknologi dalam pembangunan perumahan.
- Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat: REI bersama pemerintah dan lembaga pendidikan menyediakan pelatihan bagi masyarakat, terutama di daerah pedesaan, agar memiliki keterampilan dalam membangun rumah sesuai standar yang ditetapkan.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Program 3 juta rumah per tahun diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap masyarakat dan perekonomian Indonesia:
- Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat: Tersedianya rumah layak huni dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi angka kemiskinan, dan menurunkan angka stunting.
- Penciptaan Lapangan Kerja: Pembangunan dan renovasi rumah akan menciptakan lapangan kerja baru, baik dalam sektor konstruksi maupun sektor terkait lainnya, yang dapat mengurangi angka pengangguran.
- Pertumbuhan Ekonomi Nasional: Sektor perumahan memiliki kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Investasi dalam sektor ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
- Peningkatan Daya Saing Indonesia: Program ini dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional, mengingat sektor perumahan yang berkembang pesat dapat menarik minat investor asing.
Peran REI dalam Mewujudkan Program
Sebagai asosiasi pengembang properti terbesar di Indonesia, REI memiliki peran strategis dalam mendukung keberhasilan Program 3 Juta Rumah per Tahun:
- Kontribusi Pembangunan: REI berkomitmen membangun 600.000 hingga 1 juta rumah setiap tahunnya, dengan fokus pada kawasan perkotaan.
- Penyediaan Rumah Bersubsidi: REI berkontribusi signifikan dalam pembangunan rumah bersubsidi, yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
- Pelatihan dan Pendidikan: REI menyediakan pelatihan dan pendidikan bagi pengembang dan masyarakat untuk memastikan pembangunan rumah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
- Advokasi Kebijakan: REI aktif dalam mengadvokasi kebijakan yang mendukung sektor perumahan, seperti insentif perizinan dan pembiayaan yang aksesibel bagi masyarakat.
Tantangan dan Solusi
Meskipun memiliki tujuan yang mulia, implementasi Program 3 Juta Rumah per Tahun menghadapi berbagai tantangan:
- Keterbatasan Lahan: Di perkotaan, keterbatasan lahan menjadi tantangan utama. Solusinya adalah dengan memanfaatkan lahan milik negara yang tidak produktif dan melakukan pembangunan vertikal.
- Keterbatasan Pembiayaan: Masyarakat berpenghasilan rendah seringkali kesulitan dalam memperoleh pembiayaan. Pemerintah bersama REI berupaya menyediakan kredit berbiaya rendah dan menghapuskan beberapa pajak terkait properti untuk mempermudah akses pembiayaan.
- Kualitas Sumber Daya Manusia: Keterbatasan keterampilan dalam membangun rumah sesuai standar menjadi tantangan. Solusinya adalah dengan menyediakan pelatihan dan pendidikan bagi masyarakat dan pengembang.
- Birokrasi dan Perizinan: Proses perizinan yang rumit dapat menghambat pembangunan. REI berharap adanya insentif dan kemudahan dalam proses perizinan untuk mempercepat pembangunan.
Kesimpulan
Program 3 Juta Rumah per Tahun yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto merupakan langkah strategis untuk mengatasi masalah perumahan di Indonesia. Dengan dukungan penuh dari REI dan seluruh elemen masyarakat, program ini diharapkan dapat terealisasi dengan sukses. Melalui kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat, diharapkan dapat tercipta hunian yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Dengan demikian, Program 3 Juta Rumah per Tahun bukan hanya sekadar program pembangunan fisik, tetapi juga merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Melalui program ini, diharapkan Indonesia dapat mewujudkan visi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Implementasi Program 3 Juta Rumah
1. Pembentukan Kementerian Perumahan
Pemerintah berencana membentuk Kementerian Perumahan yang terpisah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Langkah ini bertujuan untuk fokus pada urusan perumahan dan meningkatkan efektivitas program. Ketua Satgas Perumahan Prabowo, Hashim S. Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa pembentukan kementerian baru ini akan mempercepat implementasi program dan memastikan target pembangunan tercapai .
2. Skema Pembiayaan Aksesibel
Untuk mendukung masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pemerintah bersama REI merancang skema pembiayaan yang aksesibel. Hal ini mencakup kredit berbiaya rendah untuk renovasi rumah tidak layak huni (RTLH) dan pembelian rumah baru. Selain itu, pemerintah juga berencana menghapuskan beberapa pajak terkait properti untuk mempermudah akses pembiayaan bagi MBR .
3. Kolaborasi dengan Investor Asing
Kerja sama dengan investor asing menjadi salah satu strategi untuk mendukung pendanaan dan teknologi dalam pembangunan perumahan. Pemerintah telah menjalin komunikasi dengan perusahaan asing seperti Housing & Development Board (HDB) dari Singapura sebagai penasihat, dan Surbana Jurong Pte Ltd dari Temasek Holdings sebagai konsultan pengembangan perkotaan dan infrastruktur .
Tantangan dalam Implementasi
1. Keterbatasan Lahan
Di perkotaan, keterbatasan lahan menjadi tantangan utama dalam pembangunan perumahan. Solusi yang diusulkan antara lain pemanfaatan lahan milik negara yang tidak produktif dan pembangunan rumah vertikal untuk mengoptimalkan penggunaan lahan terbatas .
2. Keterbatasan Pembiayaan
Masyarakat berpenghasilan rendah seringkali kesulitan dalam memperoleh pembiayaan untuk memiliki rumah layak huni. Pemerintah bersama REI berupaya menyediakan kredit berbiaya rendah dan menghapuskan beberapa pajak terkait properti untuk mempermudah akses pembiayaan bagi MBR .
3. Kualitas Sumber Daya Manusia
Keterbatasan keterampilan dalam membangun rumah sesuai standar menjadi tantangan dalam program ini. Solusinya adalah dengan menyediakan pelatihan dan pendidikan bagi masyarakat dan pengembang untuk memastikan pembangunan rumah sesuai dengan standar yang ditetapkan .
Dampak Sosial dan Ekonomi
1. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Tersedianya rumah layak huni dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi angka kemiskinan, dan menurunkan angka stunting. Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto, menilai bahwa program ini berpotensi menurunkan angka kemiskinan dan stunting di Indonesia .
2. Penciptaan Lapangan Kerja
Pembangunan dan renovasi rumah akan menciptakan lapangan kerja baru, baik dalam sektor konstruksi maupun sektor terkait lainnya, yang dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat .
3. Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Sektor perumahan memiliki kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Investasi dalam sektor ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) .
Peran REI dalam Mewujudkan Program
Sebagai asosiasi pengembang properti terbesar di Indonesia, REI memiliki peran strategis dalam mendukung keberhasilan Program 3 Juta Rumah per Tahun:
- Kontribusi Pembangunan: REI berkomitmen membangun 600.000 hingga 1 juta rumah setiap tahunnya, dengan fokus pada kawasan perkotaan .
- Penyediaan Rumah Bersubsidi: REI berkontribusi signifikan dalam pembangunan rumah bersubsidi, yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah .
- Pelatihan dan Pendidikan: REI menyediakan pelatihan dan pendidikan bagi pengembang dan masyarakat untuk memastikan pembangunan rumah sesuai dengan standar yang ditetapkan .
- Advokasi Kebijakan: REI aktif dalam mengadvokasi kebijakan yang mendukung sektor perumahan, seperti insentif perizinan dan pembiayaan yang aksesibel bagi masyarakat .
Kesimpulan
Program 3 Juta Rumah per Tahun yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto merupakan langkah strategis untuk mengatasi masalah perumahan di Indonesia. Dengan dukungan penuh dari REI dan seluruh elemen masyarakat, program ini diharapkan dapat terealisasi dengan sukses. Melalui kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat, diharapkan dapat tercipta hunian yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Dengan demikian, Program 3 Juta Rumah per Tahun bukan hanya sekadar program pembangunan fisik, tetapi juga merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Melalui program ini, diharapkan Indonesia dapat mewujudkan visi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Rencana Jangka Panjang dan Visibilitas Program
1. Sasaran Jangka Panjang
Program pembangunan 3 juta rumah per tahun bukan sekadar target jangka pendek, melainkan bagian dari visi jangka panjang untuk mengatasi backlog perumahan yang selama ini terjadi di Indonesia. Diperkirakan, saat ini terdapat sekitar 13 juta rumah yang masih belum terpenuhi kebutuhan hunian layak, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah. Dengan program ini, dalam waktu lima hingga tujuh tahun, diharapkan kebutuhan tersebut bisa secara signifikan berkurang.
2. Peningkatan Infrastruktur Pendukung
Selain membangun rumah, program ini juga berencana untuk meningkatkan infrastruktur pendukung seperti jalan, sanitasi, listrik, serta fasilitas umum di kawasan perumahan baru. Hal ini penting agar hunian yang dibangun tidak hanya menjadi tempat tinggal, tapi juga lingkungan yang nyaman dan layak huni.
3. Sosialisasi dan Edukasi Masyarakat
Pemerintah bersama REI juga mengintensifkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya memiliki rumah layak dan bagaimana memanfaatkan program pembiayaan yang tersedia. Edukasi ini juga menyasar para pelaku pengembang kecil dan menengah agar turut berkontribusi dalam pembangunan rumah dengan standar yang baik.
Studi Kasus: Program Serupa di Negara Lain
Beberapa negara di dunia telah menerapkan program pembangunan perumahan masal dengan hasil positif. Misalnya:
- Singapura: Melalui Housing & Development Board (HDB), Singapura berhasil menyediakan rumah bagi lebih dari 80% penduduknya dengan harga terjangkau dan kualitas tinggi. Program ini menjadi contoh yang menjadi acuan dalam kerjasama pembangunan rumah di Indonesia.
- Korea Selatan: Program perumahan massal pemerintah Korea Selatan berhasil mengatasi urbanisasi pesat dan kebutuhan hunian dengan membangun kompleks perumahan berskala besar yang terintegrasi dengan transportasi dan fasilitas umum.
Peran Teknologi dalam Program Pembangunan Rumah
Teknologi modern menjadi bagian penting dalam program ini untuk mempercepat proses pembangunan, menekan biaya, dan menjaga kualitas. Beberapa inovasi teknologi yang diintegrasikan antara lain:
- Prefabrikasi dan Modular Building: Menggunakan komponen bangunan yang sudah diproduksi secara massal di pabrik sehingga proses di lapangan lebih cepat dan efisien.
- Smart Home Technologies: Menerapkan sistem kelistrikan dan keamanan cerdas untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan penghuni rumah.
- Penggunaan Material Ramah Lingkungan: Memilih bahan bangunan yang lebih ramah lingkungan dan tahan lama guna mendukung pembangunan berkelanjutan.
Harapan dan Dukungan dari Berbagai Pihak
Program ini mendapat sambutan positif tidak hanya dari pengembang perumahan seperti REI, tetapi juga dari berbagai elemen masyarakat, LSM, dan sektor swasta. Mereka berharap program ini dapat:
- Mengurangi kesenjangan sosial dengan memberikan akses hunian yang layak bagi semua lapisan masyarakat.
- Memacu sektor ekonomi lain yang terkait, seperti industri bahan bangunan, logistik, dan jasa konstruksi.
- Mendorong pembangunan kota dan desa yang lebih terencana dan berkelanjutan.
Penutup
Program pembangunan 3 juta rumah per tahun yang digagas oleh Prabowo Subianto, dengan dukungan penuh dari REI, merupakan sebuah terobosan besar yang diharapkan bisa menjawab kebutuhan mendesak masyarakat Indonesia akan rumah layak huni. Melalui strategi yang terintegrasi, pembiayaan yang mudah diakses, serta kolaborasi lintas sektor, impian memiliki rumah bagi jutaan rakyat Indonesia bukan lagi sekadar angan.
Dengan komitmen dan kerja keras bersama, program ini akan membawa dampak positif yang luas tidak hanya dari sisi sosial, tapi juga ekonomi, sekaligus memperkuat fondasi pembangunan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
Analisis Dampak Sosial dari Program Pembangunan 3 Juta Rumah
Pengentasan Kemiskinan dan Pengurangan Permukiman Kumuh
Salah satu manfaat paling nyata dari program ini adalah potensi besar dalam mengentaskan kemiskinan melalui penyediaan hunian yang layak dan terjangkau. Dengan tersedianya rumah yang memenuhi standar, masyarakat yang sebelumnya tinggal di permukiman kumuh atau rumah tidak layak huni bisa menikmati kehidupan yang lebih baik. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup mereka, tapi juga mempermudah akses ke layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.
Mendorong Kesehatan Masyarakat
Rumah yang layak dengan fasilitas sanitasi memadai berperan penting dalam mencegah penyakit yang sering muncul akibat kondisi lingkungan yang buruk. Penurunan angka stunting juga bisa dipengaruhi karena lingkungan yang sehat mendukung pertumbuhan anak secara optimal. Ini sejalan dengan pernyataan Ketua Umum DPP REI yang menyoroti manfaat kesehatan dari program ini.
Tantangan Kebijakan dan Regulasi
Perizinan dan Birokrasi
Meski target ambisius ini sangat mulia, tantangan regulasi sering kali menjadi hambatan utama. Proses perizinan yang panjang dan rumit dapat memperlambat pembangunan rumah. Oleh karena itu, dibutuhkan reformasi birokrasi dan digitalisasi proses perizinan agar lebih cepat dan transparan.
Sinkronisasi Antarlembaga
Program besar ini juga membutuhkan koordinasi lintas kementerian dan lembaga, misalnya antara Kementerian PUPR, Kementerian Keuangan, dan pemerintah daerah. Keselarasan program dan kebijakan di tingkat pusat hingga daerah penting untuk memastikan pelaksanaan berjalan lancar tanpa tumpang tindih atau hambatan administratif.
Perspektif Ekonomi: Peluang dan Risiko
Peningkatan Investasi di Sektor Properti
Program ini membuka peluang investasi yang besar, baik dari pengembang lokal maupun investor asing. Dengan adanya jaminan permintaan rumah yang tinggi, sektor properti bisa menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional. Investasi di sektor ini juga berdampak pada pertumbuhan sektor terkait, seperti industri bahan bangunan, konstruksi, hingga jasa keuangan.
Risiko Overbuild dan Pasokan Berlebih
Namun, jika tidak direncanakan dengan matang, risiko overbuild atau pasokan rumah yang berlebihan bisa terjadi, yang berpotensi menyebabkan penurunan harga properti dan kerugian bagi pengembang. Oleh karena itu, pemetaan kebutuhan dan pasar yang akurat harus menjadi bagian dari strategi.
Keterlibatan Masyarakat dan Swasta dalam Program
Kemitraan dengan Pengembang Lokal dan UMKM
Selain pengembang besar seperti anggota REI, program ini juga membuka ruang bagi pengembang lokal dan UMKM konstruksi untuk turut ambil bagian. Hal ini tidak hanya mempercepat pembangunan, tapi juga mendukung pemberdayaan ekonomi lokal dan penguatan kapasitas sumber daya manusia.
Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sangat penting agar rumah yang dibangun sesuai dengan kebutuhan dan budaya setempat. Pendekatan partisipatif ini juga meningkatkan rasa memiliki dan menjaga keberlanjutan hunian.
baca juga : Tips Mengolah Daging Kurban agar Tidak Alot, Begini Tekniknya